Kiko Loureiro, gitaris band power metal asal Brasil, Angra, kembali merilis album terbarunya tahun 2009, berjudul “Fullblast”, setelah sebelumnya merilis “No Gravity” (2005) dan “Universo Inverso” (2006). Di Fullblast, musik terdengar lebih kompleks dan terasa lebih universal daripada 2 album solo sebelumnya karena Kiko memasukkan berbagai elemen, mulai dari efek gitar wah wah dipadu dengan shredding kencang ala Kiko, irama samba dan musik latin, irama pop a la Amerika, perkusi khas Brasil, hingga gitar akustik yang jernih dan mellow. Usaha Kiko menggabungkan antara heavy metal yang kental seperti di album No Gravity dengan jazz dan irama khas Brasil di album Universo Inverso, tampaknya cukup berhasil di album berisi 12 track ini, karena pada setiap track, pendengar akan menemukan nuansa yang berbeda dan (bagi fans yang telah kenyang melahap No Gravity dan Universo Inverso) beberapa licks dan riff yang mengingatkan pada beberapa lagu di 2 album sebelumnya…indah, melodis, namun tetap khas dengan licks a la Kiko.
Track pertama (Headstrong) mengingatkan potongan dari “Pau de Arara” dan “No Gravity” di album No Gravity. Interludenya agak jazzy, mengingatkan pada Universo Inverso. Di track kedua (Desperado), nuansa metal-latin kental sekali. Kali ini Kiko dengan gamblang memasukkan sura berimbau (perkusi Brasil) dipadu dengan lick gitar dengan “tone” latin dan harmoni a la musik Brasil. Irama yang digunakan juga bervariasi, sehingga track ini (menurut saya) sangat istimewa. Track ketiga (Cutting Edge), Kiko bermain dengan melodi yang cepat dan beremosi. Namun langsung “dibawa” ke irama yang jauh berbeda di track keempat (Excuse Me), yang berupa ballad manis (yang juga mengingatkan saya pada beberapa track di Universo Inverso) dengan nada-nada mayor. Lick Kiko lumayan ekspresif dan soulful disini. Setelah mendayu dengan track keempat tadi, pendengar langsung “dihajar” dengan musik Brasil yang kentaall..diawali dengan samples dari film “Deus e o Diabo na Terra do Sol”, Kiko menyambut pendengar dengan harmoni ala Brasil dan perkusi. Mengingatkan saya pada lagu “Vovó Selma” yang ada di DVD lesson Kiko “Tecnica e Versatilidade”. Track berdurasi 6 menitan ini memang didominasi dengan irama khas Brasil.
Track selanjutnya (A Clairvoyance), sedikit mengingatkan pada lagu “Waiting in Silence” milik Angra. Kiko ternyata tidak hanya jago membuat kita “mangap melongo” dengan permainan gitar yang cepat bersih, shredding gila, namun juga mampu membuat kita tercengang dengan kemampuannya meramu musik yang mellow dan “soulful”. Sesuai dengan judulnya, mungkin Kiko ingin membangun nuansa “sensor ekstra” yaitu…sifat bijak dari manusia. Saya langsung teringat dengan kalimat yang tertera di sampul album ini, “The road of excess leads to the palace of wisdom” (W.Blake), yang katanya adalah kalimat yang menginspirasi Kiko pada umur 18-19 tahun ketika dia menemukan kalimat ini ketika tengah membaca buku. Lalu, dilanjut dengan track ketujuh (Corrosive Voices), Kiko meramu heavy metal dengan samba, dengan ritme Brasil. Kemudian kita akan mendengarkan semi-ballad dengan irama a la pop Amerika yang ear catchy di track kedelapan (Whispering).
Track selanjutnya (Outrageous), diawali dengan orkestra (yang menurut saya terdengar seperti irama timur tengah), perkusi brasil, dan petikan gitar akustik Kiko yang cukup manis dan membuat atmosfer “high” dan mellow. Namun langsung dihentak dengan kencangnya speed metal a la Angra (saya harus mengatakan, lagu ini Angra buangeeett !!). Drums bertubi-tubi dan shredding Kiko yang gila-gilaan.,..kontras dengan intro yang begitu lembut dan indah. Atmosfer langsung berubah menjadi atmosfer Angra. Ditutup dengan fade out, lalu kembali lagi ke lembutnya intro. Track ini luar biasa.
Track ke sepuluh (Mundo Verde atau “bumi hijau”), Kiko menyuguhkan permainan gitar akustik yang jernih dengan (lagi-lagi) irama dan harmoni khas Samba Brasil. Dianjut dengan track sebelas (Pura Vida), semi ballad dengan iringan keys (Kiko yang mainkan) dan suara gitar akustik. Track ini lebih simple, namun ekspresif. Album ini ditutup dengan track berjudul “As It Is, Infinite”, yang hanya berisi petikan gitar akustik Kiko. Melodis dan indah, hamper mirip dengan “Choro de Criança” di album No Gravity, namun nuansa mellow begitu kental.
Di album ini, Kiko menggunakan gear : Tagima (gitar elektrik), Zoom (efek), d’Addario (senar), Santo Angelo (kabel), Morley (wah wah), dan Seymour Duncan (pickup). Akhirnya, album ini sangat sangat saya rekomendasikan untuk anda dengar dan simak, karena memang sangat bagus, kompleks, dan kreatif :angkat lima jempol:
FULLBLAST
Kiko Loureiro : gitar, keys, programming, additional percussion
Felipe Andreoli : bass
Mike Terrana : drums
Dalua : perkusi
Yaniel Matos : rhodes (di track 8)
Track pertama (Headstrong) mengingatkan potongan dari “Pau de Arara” dan “No Gravity” di album No Gravity. Interludenya agak jazzy, mengingatkan pada Universo Inverso. Di track kedua (Desperado), nuansa metal-latin kental sekali. Kali ini Kiko dengan gamblang memasukkan sura berimbau (perkusi Brasil) dipadu dengan lick gitar dengan “tone” latin dan harmoni a la musik Brasil. Irama yang digunakan juga bervariasi, sehingga track ini (menurut saya) sangat istimewa. Track ketiga (Cutting Edge), Kiko bermain dengan melodi yang cepat dan beremosi. Namun langsung “dibawa” ke irama yang jauh berbeda di track keempat (Excuse Me), yang berupa ballad manis (yang juga mengingatkan saya pada beberapa track di Universo Inverso) dengan nada-nada mayor. Lick Kiko lumayan ekspresif dan soulful disini. Setelah mendayu dengan track keempat tadi, pendengar langsung “dihajar” dengan musik Brasil yang kentaall..diawali dengan samples dari film “Deus e o Diabo na Terra do Sol”, Kiko menyambut pendengar dengan harmoni ala Brasil dan perkusi. Mengingatkan saya pada lagu “Vovó Selma” yang ada di DVD lesson Kiko “Tecnica e Versatilidade”. Track berdurasi 6 menitan ini memang didominasi dengan irama khas Brasil.
Track selanjutnya (A Clairvoyance), sedikit mengingatkan pada lagu “Waiting in Silence” milik Angra. Kiko ternyata tidak hanya jago membuat kita “mangap melongo” dengan permainan gitar yang cepat bersih, shredding gila, namun juga mampu membuat kita tercengang dengan kemampuannya meramu musik yang mellow dan “soulful”. Sesuai dengan judulnya, mungkin Kiko ingin membangun nuansa “sensor ekstra” yaitu…sifat bijak dari manusia. Saya langsung teringat dengan kalimat yang tertera di sampul album ini, “The road of excess leads to the palace of wisdom” (W.Blake), yang katanya adalah kalimat yang menginspirasi Kiko pada umur 18-19 tahun ketika dia menemukan kalimat ini ketika tengah membaca buku. Lalu, dilanjut dengan track ketujuh (Corrosive Voices), Kiko meramu heavy metal dengan samba, dengan ritme Brasil. Kemudian kita akan mendengarkan semi-ballad dengan irama a la pop Amerika yang ear catchy di track kedelapan (Whispering).
Track selanjutnya (Outrageous), diawali dengan orkestra (yang menurut saya terdengar seperti irama timur tengah), perkusi brasil, dan petikan gitar akustik Kiko yang cukup manis dan membuat atmosfer “high” dan mellow. Namun langsung dihentak dengan kencangnya speed metal a la Angra (saya harus mengatakan, lagu ini Angra buangeeett !!). Drums bertubi-tubi dan shredding Kiko yang gila-gilaan.,..kontras dengan intro yang begitu lembut dan indah. Atmosfer langsung berubah menjadi atmosfer Angra. Ditutup dengan fade out, lalu kembali lagi ke lembutnya intro. Track ini luar biasa.
Track ke sepuluh (Mundo Verde atau “bumi hijau”), Kiko menyuguhkan permainan gitar akustik yang jernih dengan (lagi-lagi) irama dan harmoni khas Samba Brasil. Dianjut dengan track sebelas (Pura Vida), semi ballad dengan iringan keys (Kiko yang mainkan) dan suara gitar akustik. Track ini lebih simple, namun ekspresif. Album ini ditutup dengan track berjudul “As It Is, Infinite”, yang hanya berisi petikan gitar akustik Kiko. Melodis dan indah, hamper mirip dengan “Choro de Criança” di album No Gravity, namun nuansa mellow begitu kental.
Di album ini, Kiko menggunakan gear : Tagima (gitar elektrik), Zoom (efek), d’Addario (senar), Santo Angelo (kabel), Morley (wah wah), dan Seymour Duncan (pickup). Akhirnya, album ini sangat sangat saya rekomendasikan untuk anda dengar dan simak, karena memang sangat bagus, kompleks, dan kreatif :angkat lima jempol:
FULLBLAST
Kiko Loureiro : gitar, keys, programming, additional percussion
Felipe Andreoli : bass
Mike Terrana : drums
Dalua : perkusi
Yaniel Matos : rhodes (di track 8)
No comments:
Post a Comment